Seseorang terkadang memiliki gaya hidup yang menyebabkan
dehidrasi. Padahal, dalam jangka panjang dehidrasi buruk bagi kesehatan.
Secara medis, umumnya seseorang dikatakan mengalami
dehidrasi apabila kehilangan cairan dalam jumlah banyak, sehingga tubuh mulai
kehilangan kemampuan untuk berfungsi secara normal.
Dehidrasi bisa terjadi secara akut atau sementara, maupun
kronis atau dalam jangka waktu lebih panjang. Dehidrasi akut umumnya
berhubungan dengan kejadian tertentu, misalnya olahraga yang terlalu keras
hingga menyebabkan banyak berkeringat, diare, muntah, dan sebagainya.
Di sisi lain, dehidrasi kronis umumnya lebih berhubungan dengan
gaya hidup, misalnya jarang minum, kesulitan mengakses air bersih, dan
lain-lain. Menariknya, diperkirakan sekitar 75 persen dari masyarakat Indonesia
menderita dehidrasi kronis.
Komplikasi akibat dehidrasi
Air sendiri merupakan komponen penyusun tubuh yang esensial.
Sekitar 60 persen tubuh tersusun oleh air. Selain itu, kurang lebih 75 persen
dari otot dan 85 persen dari otak manusia terdiri dari air. Tidak heran apabila
kekurangan cairan sangat mempengaruhi kerja tubuh.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang akan terjadi
pada sistem organ saat Anda mengalami dehidrasi:
1. Ginjal dan saluran kemih
Walaupun hasil penelitian masih bervariasi, kebanyakan ahli
sepakat kekurangan cairan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih (ISK),
terutama ISK berulang, dan konsumsi cukup cairan memberikan efek positif
terhadap ISK.
Selain itu, berbagai studi juga menyimpulkan dehidrasi
berkaitan dengan munculnya penyakit batu ginjal dan gagal ginjal kronis.
2. Pencernaan
Kekurangan cairan berkaitan dengan konstipasi atau sembelit.
Oleh karena itu, selalu disarankan agar Anda banyak minum dan mengonsumsi
makanan sumber serat untuk menghindari konstipasi.
Kecukupan cairan tubuh juga diperkirakan dapat melindungi
Anda dari risiko batu empedu lewat mendukung pengosongan kantung empedu.
Konsumsi banyak cairan juga dikaitkan dengan penurunan risiko kanker
kolorektal, terutama pada bagian distal, yakni ujung usus.
3. Peredaran darah
Dehidrasi dikaitan dengan peningkatan kekentalan plasma
darah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko munculnya deep vein
thrombosis (DVT) dan emboli pulmoner, penyakit jantung koroner, serta hipotensi
orthostatik (penurunan tekanan darah dengan perubahan posisi dari duduk atau
tidur ke berdiri).
4. Saraf
Dilaporkan bahwa kekurangan cairan dapat menimbulkan
delirium atau kehilangan fokus hingga penurunan kesadaran. Peningkatkan
konsumsi cairan juga dikaitkan dengan pengurangan intensitas pada migrain.
5. Metabolik
Konsumsi cairan dapat bersifat protektif terhadap keadaan
hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang sering kali dihubungkan
dengan penyakit diabetes. Selain itu, dehidrasi dikaitan dengan hasil klinis
yang buruk pada pasien diabetik ketoasidosis.
Beberapa studi, walaupun hasilnya masih inkonsisten,
mengaitkan konsumsi cukup cairan dengan proses menurunkan berat badan, sehingga
terbukti minum banyak air juga dapat membantu mencegah obesitas.
Dehidrasi ditemukan berdampak pada saluran pernapasan, sehingga
pada pasien asma biasanya disarankan untuk menghirup udara lembab.
6. Kandungan
Selama kehamilan, dehidrasi dapat menyebabkan kurangnya
cairan ketuban, sehingga menyebabkan oligohidramnion atau penurunan jumlah air
ketuban. Kecukupan cairan juga sangat disarankan bagi ibu menyusui agar proses
menyusui berjalan lancar.
Agar lebih waspada dan terhindar dari berbagai komplikasi
akibat dehidrasi kronis, penting bagi anda untuk mengenali tanda-tanda
dehidrasi. Secara sederhana, rasa haus, air seni berbau dan berwarna gelap,
kulit kering, dan rasa pusing dapat menjadi pertanda anda mengalami dehidrasi.
Meski demikian, tanpa kemunculan tanda-tanda dehidrasi
tersebut, ada baiknya Anda membiasakan diri minum air yang cukup. Sebab,
memenuhi kebutuhan cairan harian adalah salah satu cara termudah untuk menjaga
kesehatan.
No comments:
Post a Comment